Friday, December 7, 2012

PENGALAMAN: Menjadi Guru Origami

Pengalaman saya yang satu ini sebenarnya sudah beberapa tahun lalu berlangsung. Tapi karena pengalaman yang saya rasa berharga dan pernah saya bahas di blog lama saya (yang sekarang non-active selamanya), saya ingin mengingatnya lagi. Saat itu di bulan April 2009, sekolah anak-anak akan mengadakan perayaan International Day. Masing-masing kelas menentukan negara apa yang akan dibahas secara rinci. Pembahasan ini bisa mencakup macam-macam dan beragam keunikan yang menjadikan negara tersebut dikenal di dunia. Kelas putri sulung saya yang saat itu masih kelas 4 SD akan membahas Jepang. Membahas Jepang tentu saja berarti membahas mengenai origami, satu dari bidang seni dengan media kertas. Putri sulung saya melihat ada kesempatan buatnya memamerkan kepandaian ibunya membuat origami, dan jadilah saya diminta oleh gurunya untuk mengajarkan origami di kelas. 

Murid-murid kelas 4 yang saya ajari origami termasuk antusias, meski cuma sebagian kecil saja yang memang ingin menjajal membuat sebuah bentuk origami. Proyek yang saya ajarkan adalah membuat SANBO atau kotak bersisi yang bisa dijadikan tempat untuk menaruh barang-barang kecil seperti permen, kancing atau penjepit kertas. Di sekolah anak-anak memang ada pelajaran seni yang berupa visual art yang medianya pun beragam, tapi mengenal origami bukan salah-satu yang diajarkan, jika dibandingkan dengan pelajaran seni di SD di Indonesia. Mengenalkan origami pada anak-anak bisa mendidik mereka pada bentuk-bentuk matematika yang satu sama lain saling berkaitan. Misalnya saat melipat sebuah kertas berbentuk bujursangkar, kalau dilipat dua menjadi 2 persegi panjang dan kalau dilipat dari sisi tertentu bisa menjadi setiga. Mempelajari origami juga berarti mengenalkan kesabaran dan ketekunan serta penegasan. Sebab garis-garis lipat dari sebuah bentuk harus tegas, supaya terlihat jelas wujudnya dan kokoh hasilnya.







No comments:

Post a Comment